Rock Climbing
Tetapi aplikasinya juga telah menjadi komoditas industri-industrilainnya
seperti wisata
petualangan, outbound
training, entertaiment, iklan dan film serta industriindustri lainnya yang membutuhkan jasa ketinggian. Oleh karena itu perlu adanya ilmu rock climbing
yang sangat mendasar sebagai acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.
Dasar Panjat Tebing
Pada awalnya panjat tebing adalah bagian dari mendaki gunung yang terdiri dari
hiking, Hill Walking, Scrambling, Rock Climbing, dan Rock Ice Climbing. Pada
prinsipnya panjat tebing adalah menaiki, memanjat, mendaki sebuah batuan
atau tebing menggunakan seluruh anggota tubuh dan memanfaatkan cacat batuan
berupa celah, tonjolan, rekahan menggunakan tertentu baik dibantu/tidak
dibantu dengan peralatan khusus untuk menggapai ketinggian.Secara umum
keberhasilan pemanjatan tebing harus didukung oleh 3
faktor utama, yaitu :
1.
Teknik Pemanjatan(Climbing
Technique) Three point contact(3 titik kontak) Mempertahankan posisi di tebing dengan 2 tangan 1 kaki
atau 1 tangan 2 kaki, dengan cara ini kamu dapat meminimalkan
tenaga Usahakan tangan selalu lurus.Saat meraih pegangan setinggi apapun
segera jatuhkan badan dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan, jika
siku terus-terusan dibengkokkan maka dijamin tenaga ditangan akan cepat
terkuras. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh di topang oleh otot bahu dan
dada jadi lebih sedikit ringan. Memanjat dengan kaki dan bukan
tangan. Kaki kita pasti memiliki tenaga lebih kuat dari tangan, perbanyak
mendorong vertikal dengan kaki bukan menarik dengan tangan.
2.
Kekuatan Fisik (Energetic/Power) Dapat dibantu dengan latihan yang fisik
lain conoh : pemanasan, lari, pull up, sit up, push up dan banyak
lainnya.
3.
Dukungan Emosi(Physycologist
Support) Konsentrasi
harus benar-benar dilakukan dalam kegiatan pemanjatan, terutama untuk seorang
leader dan belayer. Perlu di perhatikan juga hal-hal yang mengganggu
konsentrasi seperti, menggampangkan, lapar dan lain-lain.
Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya
dimulai dari langkah - langkah sebagai berikut :
1.
Mengamati lintasan dan memikirkan
teknik yang akan dipakai.
2.
Menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan.
3.
a. Untuk
leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudahuntuk diambil /
memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membukalintasan yang
akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat
(tali yang akandipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan
dan mengamankanleader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader,
baik aba-aba ataupunmemperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan
terlalu kendur.
4.
Bila belayer dan leader sudah siap
memulai pendakian, segera memberi aba-abapendakian.
5.
Bila leader telah sampai pada
ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
6.
Leader yang sudah memasang anchor di
atas selanjutnya berfungsi sebagaibelayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.
Etika
Pemanjatan
Secara umum etika pemnjatan sama
dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1. Dilarang
mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang
meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang membunuh
sesuatu kecuali waktu
Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1.
Menghormati adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat.
2.
Menjaga kelestarian alam.
3.
Memanjat jalur bernama.
4.
Pemberian nama jalur.
5.
Memberi keamanan bagi pemanjat lain
Jenis-jenis Anchor
1.
Natural Ancor/ Penambat Alami
Merupakan penambat
alamiah yang tersedia oleh alam dan dijamin kuat.
Contoh : Batang pohon, Akar pohon,
Batu besar yang dijamin kuat.
2.
Artificial Ancor/ Penambat Buatan
Merupakan Alat yang didesain secara khusus untuk
digunakan sebagai penambat
contoh Artificial ancor:
1)
Paku Piton Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
2)
Stopper Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah
dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi.
3)
Sky Hook Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja
menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan
meminimalkan gerak.
4)
Ramset dan Hanger Satu set peralatan dalam artificial climbing yg
berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga
menjadi pengaman tetap.
5)
Friend Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam
ukuran.
a. Friend ada 2
macam :
-
Regular Friend Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan
yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
-
Fleksibel Friend Bentuknya sama dengan regular friend hanya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yang menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat
dipasang disemua celah dan segala posisi.
6)
Hexa Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada
bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
7)
Chocker Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper
yg terkait di celah batu.
8)
Etrier/tangga gantung & daisy chaino Etrier : alat yg terbuat dari webbing yg
menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
9)
Daisy chain : terbuat dari webbing,
berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.
Tali Temali
Tali merupakan
peralatan yang tidak bisa dilepaskan, ditinggalkan dalam setiap kita
berkegiatan dialam bebas. Tali hampir digunakan disetiap kita berkegiatan, baik
itu mendaki gunung, memanjat tebing, menelusuri gua, arung jeram, dsb. Untuk
itulah pengetahuan tetang tali temali sangat dibutuhkan sekali sebelum kita
berkegitan dialam bebas.
Macam – macam
Tali
Berdasarkan dari
bahannya tali terdapat bebrapa jenis antara lain:
A. Tali dari bahan
serat alam
Bahan yang
digunakan untuk membuat tali adalah serat tumbuhan ataupun dari lapisan serat
tumbuhan, cara untuk membuatnya yaitu dengan cara memilih serat
tumbuh-tumbuhan. Adapun yang termasuk dalam jenis ini adalah:
1.
ABACA (Serat
manila)
Serat yang digunakan tali ini dari keluarga pisang-pisangan atau tangkai
tumbuh-tumbuhan dan sering disebut serat manila. Tali ini keras dan kuat.
2.
SISAL
Sifatnya keras dan kuat, satu kelebihan dan tali ini tahan terhadap air
laut, biasanya digunakan untuk membungkus dari kain karung.
3.
JUTE (Rami atau
Goni)
Termasuk jenis lunak dan sering digunakan untuk membuat benang.
4.
ROTAN
Banyak digunakan untuk membuat jembatan.
Tali dari bahan
tumbuh-tumbuhan atau dari serat alam yang mempunyai kelebihan
-
Tahan terhadap abrasi
-
Mudah untuk mengetahui bahan yang rusak
-
Tahan terhadap gesekan
Sedangkan kelemahannya adalah:
-
Mudah melintir
-
Tali menjadi
kaku apabila dipakai dalam waktu yang lama sehingga sulit untuk dibuat simpul.
-
Berat
B. Tali dari serat buatan
Tali dari serat
buatan ini mempunyai kualitas yang lebih baik karena sifatnya yang mudah diatur
menurut kehendak pembuatnya seperti nilon. Berdasarkan bentuknya tali yang
terbuat dari serat buatan dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.
Tali yang Dipilin (Hawserlide Rope)
Terdiri dari serabut nylon yang dipilin, biasanya terdiri dari tiga atau empat
bagian. Keuntungan adalah tahan terhadap gesekan, mudah mengetahui bagian yang
rusak dan harganya relatif lebih murah. Kelemahannya adalah kurang lentur
sehingga apabila orang terjatuh dan menggunakan tali ini hentakkannya akan
terasa sakit.
2.
Tali Sumbu Kompor (Kernmantle)
Tali ini terdiri atas dua bagian yaitu Kern (inti) dan mantle
(pembungkus), tali ini terbuat dari nylon yang dibungkus. Kelebihannya tali ini
bersifat fleksible (tingkat elastisnya tinggi), sehingga mampu meredam
hentakan-hentakan yang keras sekalipun. Kelemahannya sangat sulit untuk
mengecek kerusakannya juga tidak teahan terhadap gesekan. Tali kernmantel ini
ada dua jenis yaitu:
a.
Kernmantle Static
Tali ini
sangat baik untuk menahan beban, yang sifatnya tetap (tanpa hentakan) karena
tingkat elastisitasnya yang tidak begitu tinggi yaitu 2-5 % dari beban yang diberikan.
Dan sangat baik untuk kegiatan naik maupun turun dengan menggunakan mekanik
seperti caving. Dengan menggunakan tali ini dapat menghemat tenaga, karena
tenaga yang kita keluarkan tidak banyak teserap oleh kelenturan tali. Secara
fisik dapat diketahui dari warnanya. Yang bercorak polos atau dengan sedikit
variasi.
b.
Kernmantle Dynamic
Jenis ini
sangat baik untuk menahan beban yang bergerak (dengan hentakan) dan mampu
menyerap hentakan yang cukup tinggi sampai 20%. Banyak digunakan dalam panjat
tebing. Secara fisik bisa digunakan dengan warna tali yang bercorak mencorok
dan berwarna cerah.
Anatomi Tali Kermantle
Kekuatan
tali dapat berkurang antara lain disebabkan oleh:
1)
Simpul (di tengah tali)
2)
Sering mendapat beban yang berat dalam waktu yang lama.
3)
Karena basah.
4)
Faktor usia tali, dsb
Simpul –
Simpul Dalam Pemanjatan
1.
Simpul Delapan
Ganda
Untuk pengaman
utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau
harnest. Toleransi 55% – 59%.
2.
Simpul Delapan Tunggal
Untuk pengaman
utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau
harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.
3.
Simpul Pangkal
Untuk mengikat
tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor
natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
4.
Simpul Jangkar
Untuk mengikat
tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor
natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
5.
Simpul Kambing
/ bowline knot
Untuk pengaman
utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat
atau harnest. Toleransi 52%.
6.
Kupu – kupu /
Butterfly knot
Untuk membuat
ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari
tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
7.
Simpul Nelayan
/ Fisherman Knot
Untuk
menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%
8.
Simpul Frusik
Simpul yang
digunakan dalam teknik Frusiking SRT
9.
Simpul Pita
Untuk
Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya
digunakan untuk menyambung Webbing)
10. Simpul Italy
Untuk repeling
jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan
berkurang 45%.
11. Overhand Knot
Untuk
mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan
berkurang sebesar 40%.
12. Clove hitch knot
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai
pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap
kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
13. Figure of eight knot
Untuk pengaman
utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau
harnest. Toleransi 55% – 59%.
14. Eight on bight knot
Untuk pengaman
utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
15. Simpul two in one
Simpul ini
biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu
ketika pemanjat turun tebing tanpa meningalkan tali.
Sandi Komunikasi Pemanjatan
Merupakan komunikasi antara pemanjat dengan pembilay,
adapun sandi komunikasi pemanjatan sebgai berikut :
1.
Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada
Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat.
2.
Climbing : Pembilay Memberitahukan
kepada pemanjat bahwa dia siap mengamankan pemanjat.
3.
On Belay : Pemanjat Menginstrusi
kepada pembilay bahwa pemanjat memulai memanjat.
4.
Belay On : Pembilay Memberitahukan
kepada pemanjat bahwa dia telah mengamankan pemanjat.
5.
Full : Pemanjat Menginstrusi kepada
pembilay agar tali dikencangkan.
6.
Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada
pembilay agar tali dikendorkan.
7. Rock :
Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh.
8. Top :
Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak.
9. Belay of :
Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan lagi pengamanan.
10. Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa
dia tidak mengamankan lagi.
Teknik Mendaki
1.
Face Climbing Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih
terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan
tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk
mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan
badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak
bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga
beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan
keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat
mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan
peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan
kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2.
Friction / Slab Climbing Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan
sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu
vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya
gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal
sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan
memberikan gaya gesek yang baik.
3.
Fissure Climbing Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh
anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian,
dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :
a)
Jamming, teknik memanjat dengan
memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan
dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
b)
Chimneying, teknik memanjat celah
vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung
di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan
sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua
tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong
dan menahan berat badan.
c)
Bridging, teknik memanjat pada celah
vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan
dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang,
kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan.
d)
Lay Back, teknik memanjat pada celah
vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan
mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk
menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik
kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih
berganti.
Pembagian
Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
1.
Free Climbing : Sesuai dengan
namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri.
Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang
diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free
climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam
pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat
tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian
tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
2.
Free Soloing : Merupakan
bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala
resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan
peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki
harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute
yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan,
baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free
soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko
yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang
mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
3.
Atrificial Climbing : Pemanjatan
tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup,
dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali
dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau
peluang gerak yang memadai.
4.
Jenis Pegangan
a)
Open Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi
tangan terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar.
b)
Cling Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan
menggunakan seluruhjari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan
pada tebingyang permukaannya banyak tonjolan
c)
Pinch Grip : Pegangan pada
pemanjatan yang mirip dengan mencubit,danmengandalkan kekuatan jempol dan
telunjuk yang biasa digunakan untukmemegang poin – poin kecil pada tebing
d)
Poket Grip : Pegangan pada
pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari – jarikedalam celahan/ lobang
tebing, biasanya digunakan pada tebinglimenstone ( kapur ) yang banyak memiliki
poin lobang.
e)
Vertikal Grip : Pegangan pada
pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing denganmenggunakan kekuatan lengan
untuk bertumpu dan menaikkan badan.
Jenis
Pijakan
a)
Frinction Steep : Pijakan dalam
pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depandan mengandalkan gesekan karet
sepatu.
b)
Eadging : Pijakan dalam pemanjatan
yang menggunakan sisi luar kaki.
c)
Mearing : Pijakan dalam pemanjatan
yang menggunakan seluruh alas kaki(Pijakan Biasa).
d)
Hel Hooking : Pijakan dalam
pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi poin-poin yang
menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin
selanjutnya.