Rabu, 19 Juni 2013

tutorial Rock Climbing



 Rock Climbing


          
  Olah raga rock climbing semakin berkembang pesat pada tahun-tahun terakhir ini diIndonesia. Kegiatan ini tidak dapat dipungkiri lagi sudah merupakan kegiatanyang begitu diminati. Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan, juga prinsip dan etika pemanjatan. Rock Climbing bukan hanya menjadi komoditi industri olah raga dan petualngan saja.
Tetapi aplikasinya juga telah menjadi komoditas industri-industrilainnya seperti wisata petualangan, outbound training, entertaiment, iklan dan film serta industriindustri lainnya yang membutuhkan jasa ketinggian. Oleh karena itu perlu adanya ilmu rock climbing yang sangat mendasar sebagai acuan yang kuat diri dan dunia rock climbing itu sendiri.

 Dasar Panjat Tebing
            Pada awalnya panjat tebing adalah bagian dari mendaki gunung yang terdiri dari hiking, Hill Walking, Scrambling, Rock Climbing, dan Rock Ice Climbing. Pada prinsipnya panjat tebing adalah menaiki, memanjat,  mendaki sebuah batuan atau tebing menggunakan seluruh anggota tubuh dan memanfaatkan cacat batuan berupa celah, tonjolan, rekahan menggunakan  tertentu baik dibantu/tidak dibantu dengan peralatan khusus untuk menggapai ketinggian.Secara umum keberhasilan pemanjatan tebing harus didukung oleh 3 faktor utama, yaitu :
1.                Teknik Pemanjatan(Climbing Technique) Three point contact(3 titik kontak) Mempertahankan posisi di tebing dengan 2 tangan 1 kaki atau 1 tangan 2 kaki, dengan cara ini kamu dapat meminimalkan tenaga Usahakan tangan selalu lurus.Saat meraih pegangan setinggi apapun segera jatuhkan badan dengan menekuk kedua lutut dan meluruskan tangan, jika siku terus-terusan dibengkokkan maka dijamin tenaga ditangan akan cepat terkuras. Dengan tangan lurus sebagian beban tubuh di topang oleh otot bahu dan dada jadi lebih sedikit ringan.   Memanjat dengan kaki dan bukan tangan. Kaki kita pasti memiliki tenaga lebih kuat dari tangan, perbanyak mendorong vertikal dengan kaki bukan menarik dengan tangan.
2.                Kekuatan Fisik (Energetic/Power) Dapat  dibantu dengan  latihan yang fisik lain conoh : pemanasan,  lari, pull up, sit up, push up dan banyak lainnya.
3.                Dukungan Emosi(Physycologist Support) Konsentrasi harus benar-benar dilakukan dalam kegiatan pemanjatan, terutama untuk seorang leader dan belayer. Perlu di perhatikan juga hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti, menggampangkan, lapar dan lain-lain.

 Prosedur Pemanjatan
Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah - langkah sebagai berikut :
1.      Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2.      Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
3.      a.  Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudahuntuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membukalintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akandipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankanleader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupunmemperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
4.      Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-abapendakian.
5.      Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang achor.
6.      Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagaibelayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

 Etika Pemanjatan
Secara umum etika pemnjatan sama dengan etika – etika dalam penjelajahan alam lain :
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar
2. Dilarang meninggalkan sesuatu kecuali jejak
3. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1.      Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2.       Menjaga kelestarian alam.
3.       Memanjat jalur bernama.
4.       Pemberian nama jalur.
5.       Memberi keamanan bagi pemanjat lain
 Jenis-jenis Anchor
1.    Natural Ancor/ Penambat Alami
Merupakan penambat alamiah yang tersedia oleh alam dan dijamin kuat.
Contoh : Batang pohon, Akar pohon, Batu besar yang dijamin kuat.

2.   Artificial Ancor/ Penambat Buatan
Merupakan  Alat yang didesain secara khusus untuk digunakan sebagai penambat
contoh Artificial ancor:
1)      Paku Piton Merupakan pengaman sisipan yg berguna sebagai pasak.
2)      Stopper Digunakan untuk celah vertical yg menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempi.
3)      Sky Hook Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
4)      Ramset dan Hanger Satu set peralatan dalam artificial climbing yg berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
5)      Friend Pengaman yg diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran.
a. Friend ada 2 macam :
-    Regular Friend Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
-    Fleksibel Friend Bentuknya sama dengan regular friend hanya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yang menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
6)      Hexa Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
7)      Chocker Alat bantu yg berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yg terkait di celah batu.
8)      Etrier/tangga gantung & daisy chaino Etrier : alat yg terbuat dari webbing yg menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
9)      Daisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.

    Tali Temali
Tali merupakan peralatan yang tidak bisa dilepaskan, ditinggalkan dalam setiap kita berkegiatan dialam bebas. Tali hampir digunakan disetiap kita berkegiatan, baik itu mendaki gunung, memanjat tebing, menelusuri gua, arung jeram, dsb. Untuk itulah pengetahuan tetang tali temali sangat dibutuhkan sekali sebelum kita berkegitan dialam bebas.


    Macam – macam Tali
Berdasarkan dari bahannya tali terdapat bebrapa jenis antara lain:
A.  Tali dari bahan serat alam
Bahan yang digunakan untuk membuat tali adalah serat tumbuhan ataupun dari lapisan serat tumbuhan, cara untuk membuatnya yaitu dengan cara memilih serat tumbuh-tumbuhan. Adapun yang termasuk dalam jenis ini adalah:
1.      ABACA (Serat manila)
Serat yang digunakan tali ini dari keluarga pisang-pisangan atau tangkai tumbuh-tumbuhan dan sering disebut serat manila. Tali ini keras dan kuat.
2.      SISAL
Sifatnya keras dan kuat, satu kelebihan dan tali ini tahan terhadap air laut, biasanya digunakan untuk membungkus dari kain karung.
3.      JUTE (Rami atau Goni)
Termasuk jenis lunak dan sering digunakan untuk membuat benang.
4.      ROTAN
Banyak digunakan untuk membuat jembatan.
Tali dari bahan tumbuh-tumbuhan atau dari serat alam yang mempunyai kelebihan
-           Tahan terhadap abrasi
-           Mudah untuk mengetahui bahan yang rusak
-           Tahan terhadap gesekan
Sedangkan kelemahannya adalah:
-             Mudah melintir
-            Tali menjadi kaku apabila dipakai dalam waktu yang lama sehingga sulit untuk dibuat simpul.
-             Berat

B.  Tali dari serat buatan
Tali dari serat buatan ini mempunyai kualitas yang lebih baik karena sifatnya yang mudah diatur menurut kehendak pembuatnya seperti nilon. Berdasarkan bentuknya tali yang terbuat dari serat buatan dibedakan menjadi 3 yaitu:
1.   Tali yang Dipilin (Hawserlide Rope)
    Terdiri dari serabut nylon yang dipilin, biasanya terdiri dari tiga atau empat bagian. Keuntungan adalah tahan terhadap gesekan, mudah mengetahui bagian yang rusak dan harganya relatif lebih murah. Kelemahannya adalah kurang lentur sehingga apabila orang terjatuh dan menggunakan tali ini hentakkannya akan terasa sakit.
2.   Tali Sumbu Kompor (Kernmantle)
    Tali ini terdiri atas dua bagian yaitu Kern (inti) dan mantle (pembungkus), tali ini terbuat dari nylon yang dibungkus. Kelebihannya tali ini bersifat fleksible (tingkat elastisnya tinggi), sehingga mampu meredam hentakan-hentakan yang keras sekalipun. Kelemahannya sangat sulit untuk mengecek kerusakannya juga tidak teahan terhadap gesekan. Tali kernmantel ini ada dua jenis yaitu:
a.  Kernmantle Static
Tali ini sangat baik untuk menahan beban, yang sifatnya tetap (tanpa hentakan) karena tingkat elastisitasnya yang tidak begitu tinggi yaitu 2-5 % dari beban yang diberikan. Dan sangat baik untuk kegiatan naik maupun turun dengan menggunakan mekanik seperti caving. Dengan menggunakan tali ini dapat menghemat tenaga, karena tenaga yang kita keluarkan tidak banyak teserap oleh kelenturan tali. Secara fisik dapat diketahui dari warnanya. Yang bercorak polos atau dengan sedikit variasi.
b.  Kernmantle Dynamic
Jenis ini sangat baik untuk menahan beban yang bergerak (dengan hentakan) dan mampu menyerap hentakan yang cukup tinggi sampai 20%. Banyak digunakan dalam panjat tebing. Secara fisik bisa digunakan dengan warna tali yang bercorak mencorok dan berwarna cerah.

Anatomi Tali Kermantle
Kekuatan tali dapat berkurang antara lain disebabkan oleh:
1)    Simpul (di tengah tali)
2)    Sering mendapat beban yang berat dalam waktu yang lama.
3)    Karena basah.
4)    Faktor usia tali, dsb
Simpul – Simpul Dalam Pemanjatan
1.      Simpul Delapan Ganda
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
2.      Simpul Delapan Tunggal
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest apabila carabiner tidak ada Toleransi 55% – 59%.
3.      Simpul Pangkal
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
4.      Simpul Jangkar
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
5.      Simpul Kambing / bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
6.      Kupu – kupu / Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
7.      Simpul Nelayan / Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%
8.      Simpul Frusik
Simpul yang digunakan dalam teknik Frusiking SRT
9.      Simpul Pita
Untuk Menyambung Tali yang sejenis, yang sifatnya licin atau berbentuk pipih (umumnya digunakan untuk menyambung Webbing)
10.  Simpul Italy
Untuk repeling jika tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.
11.  Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
12.  Clove hitch knot
Untuk mengikat tali pada penambat yg fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
13.  Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
14.  Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
15.  Simpul two in one 
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat turun tebing tanpa meningalkan tali.

    Sandi Komunikasi Pemanjatan
Merupakan komunikasi antara pemanjat dengan pembilay, adapun sandi komunikasi pemanjatan sebgai berikut :
1.      Climb : Pemanjat Menginstrusi kepada Pembilay bahwa pemanjat siap memanjat.
2.      Climbing : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bahwa dia siap mengamankan  pemanjat.
3.      On Belay : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa pemanjat memulai memanjat.
4.      Belay On : Pembilay Memberitahukan kepada pemanjat bahwa dia telah mengamankan pemanjat.
5.      Full : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikencangkan.
6.      Slack : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay agar tali dikendorkan.
7.      Rock : Pemanjat Memberitahukan kepada orang yang berada dibawah bahwa ada batuan tebing yang jatuh.
8.      Top : Pemanjat Memberitahukan bahwa dia telah sampai pada puncak.
9.      Belay of : Pemanjat Menginstrusi kepada pembilay bahwa dia tidak membutuhkan lagi pengamanan.
10.  Of Belay : Pembilay Menginstrusi kepada pemanjat bahwa dia tidak mengamankan lagi.

     Teknik Mendaki
1.    Face Climbing Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2.    Friction / Slab Climbing Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3.    Fissure Climbing Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut :
a)    Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
b)   Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
c)    Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d)   Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
1.    Free Climbing : Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
2.    Free Soloing : Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
3.    Atrificial Climbing : Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.
4.     
      Jenis Pegangan
a)      Open Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan dengan posisi tangan terbuka,biasanya digunakan pada tebing – tebing datar.
b)      Cling Grip : Pegangan pada pemanjatan yang dilakukan degan menggunakan seluruhjari tangan dan dan agak mirip mencubit biasanya digunakan pada tebingyang permukaannya banyak tonjolan
c)      Pinch Grip : Pegangan pada pemanjatan yang mirip dengan mencubit,danmengandalkan kekuatan jempol dan telunjuk yang biasa digunakan untukmemegang poin – poin kecil pada tebing
d)     Poket Grip : Pegangan pada pemanjatan dilakukan dengan cara memasukkan jari – jarikedalam celahan/ lobang tebing, biasanya digunakan pada tebinglimenstone ( kapur ) yang banyak memiliki poin lobang.
e)      Vertikal Grip : Pegangan pada pemanjatan yang bertumpu pada poin tebing denganmenggunakan kekuatan lengan untuk bertumpu dan menaikkan badan.
  Jenis Pijakan
a)      Frinction Steep : Pijakan dalam pemanjatan yang bertumpu pada kaki bagian depandan mengandalkan gesekan karet sepatu.
b)      Eadging : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan sisi luar kaki.
c)      Mearing : Pijakan dalam pemanjatan yang menggunakan seluruh alas kaki(Pijakan Biasa).
d)     Hel Hooking : Pijakan dalam pemanjatan yang dilakukan untuk mengantisipasi poin-poin yang menggantung dengan menggunakan kekuatan kaki untuk mengangkat badan keatas untuk menggapai poin selanjutnya.